Rabu, 08 Oktober 2008

Hidup Tanpa Pembantu

Pasca lebaran, banyak temen saya yang mengeluh karena pembantunya yang mudik tidak kembali lagi dengan berbagai alasan, mau nikah, ada tawaran kerja di tempat lain, ga dikasih ijin sama ortu deelel...lantas bagaimana dengan saya? Pembantu bernama Yanti (ya, namanya memang sama dengan saya, cuma beda awalannya aja) yang sudah bekerja selama kurlep 3 tahun sama saya juga tidak kembali lagi ke rumah. Alasannya, ada yang menawarkan pekerjaan sebagai penjaga toko. Dari segi penghasilan, mungkin tidak ada perbedaan yang signifikan dengan yang ia dapat dari saya, tapi gengsinya itu bo...! Secara setahun belakangan ini si Yanti itu gemar sekali gonta-ganti HP (makin lama makin canggih tentunya), stay tune di radio yang memutar lagu-lagu pop (seleranya sudah bergeser dari lagu-lagu India), sering telpon request lagu (pake HP tentunya) dan ikut fans clubnya. Tentu saja dengan pergaulan yang luas begitu statusnya sebagai pembantu sangat tidak mendukung. Lantas bagaimana dengan saya yang ditinggalkan? Saat ini saya sudah minta tolong ke teman untuk mencarikan pembantu lewat yayasan. Pekerjaan rumah tangga sendiri meski melelahkan, tapi masih bisa saya tangani. Anak-anak yang sudah mulai besar dan terbiasa mandiri tidak lagi terlalu merepotkan. Yang bikin saya uring-uringan justru masalah ke salon. Ya betul! KE SALON. Bayangin aja, setelah berperan sebagai "babu berkelas" di rumah, jari-jari saya terasa tak pantas dan malu-maluin begitu menyentuh keyboard, badan saya butuh pijatan dan spa. Aneh? Ya, saya memang wanita aneh, udah jadi babu di rumah masih pengen tampil gaya! Tapi gini ya (ambil ancang-ancang mencari pembenaran sambil pasang tampang serius) saya bekerja di sebuah perusahaan yang cukup bergengsi dangan jabatan lumayan, kalau saya ngantor dengan keadaaan awut-awutan, apa kata dunia??? (pasang tampang Nagabonar). Terus, siapa juga yang peduli kalau saya berpenampilan asal? Ya jelas saya sendiri! Saya ngerasa ga pede dan ga siap kalau penampilan belum ok, bukan bermaksud mo tepe2, tapi bagi saya penampilan yang baik itu kesannya siap kerja dalam keadaan segar, cekatan dan smart (halah!). Eh, tapi gini juga ya, kalau penampilan kita ok, meski badan capeknya kayak habis digebukin orang sekampung (karena kebanyakan nyetrika n ngepel) dan mata ngantuk sampe kepala nyut2an (akibat bangun kepagian dan ga bisa bobo siang) dengan sedikit senyum dan berjalan penuh percaya diri aja orang udah menilai bahwa kita smart dan bisa diandalkan.

Bekla, karena udah ngelantur kesana kemari berikut jadwal harian saya yang mungkin bisa memberi sedikit pencerahan buat rekan-rekan senasib (wanita bekerja yang ditinggal pembantu) :

05.00 - 05.15 bangun pagi, streching dan meditasi 10 menit
05.15 - 05.30 sholat subuh
05.30 - 06.00 nyiapin sarapan dan bekal anak-anak
06.00 - 06.30 mandi dan siap2 (sementara suami membangunkan anak2 dan nyiapin mereka buat ke sekolah)
06.30 - 06.45 siap berangkat (minum susu, masukin bekal ke tas, manasin mobil, matiin lampu)
06.45 berangkaaaaatttt....
17.30 - 18.30 sampe rumah, nyiapin makan malam seadanya (lebih sering beli makanan jadi atau bawa dari rumah ortu)
18.30 - 19.00 mandi dan sholat maghrib
19.00 - 19.30 makan malam
19.30 - dst cuci piring n beres-beres dikit, nemenin anak2 belajar, nonton tv, nyantai (sementara mesin cuci bekerja dengan rajin) dan mengerjakan pekerjaan ringan sampai waktu tidur.

Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu terutama di akhir pekan. Hari sabtu lalu, kami kerja bakti nyapu, ngepel, nyetrika, ganti sprei, ngelap kaca deelel, karena hari minggunya pengen nyantai n nongkrong di mall, waktu itu ga kepikir buat ke salon karena pengen banget nonton Laskar Pelangi.

Beberapa hal membuat saya bersyukur tinggal di kompleks perumahan yang jauh dari jalan raya hiruk pikuk, misalnya rumah tidak terlalu berdebu, jemuran aman ditinggal di bawah carport seharian dan taman tidak perlu perawatan ekstra karena ada tukang rumput yang keliling sebulan sekali.

Tapi suer, saat ini saya butuh asisten rumah tangga yang bisa membantu saya untuk bekerja dengan tenang dikantor tanpa mikirin urusan rumah tangga, bersantai sepulang kerja dan nyalon tiap weekend (ih..maniak salon kali pun!) plus membereskan segala kekacauan yang ditinggalkan anak-anak. Mudah-mudahan saya cepet dapat pembantu baru (ga peduli walau namanya harus YANTI, karena tiga pembantu sebelumnya juga bernama sama).

Doakan saya ya!