Senin, 09 Juni 2008

Mabuk Batik


Ini blog saya yang baru lagi, setelah blog-blog sebelumnya (saya memang hobi ngotor-ngotorin jagad web dengan berbagai blog yg ga mutu) diblokir alias tidak bisa diakses dari warnet gratis...maksudnya kantor saya.

Di posting-an pertama ini, saya mau menceritakan tentang kegilaan saya akan jenis kain berjudul batik yang sekarang lagi in dimodifikasi jadi berbagai bentuk busana cantik dan modis. Sebetulnya saya bukan ikut-ikutan trend pakai batik, tapi memang dari dulu saya penggemar batik, sebagai baju hari Jumat, kain pasangan kebaya, gendongan baby, especially daster.

Kegilaan saya mencapai puncaknya ketika blus-blus batik modis itu terpajang rapi berderet-deret di gantungan baju sebuah mall. Dan dari sekian banyak blus dalam berbagai model, corak dan ukuran, tidak ada satupun yang sama! My God, I really love them! Harganya murah lagi, antara 50 - 120 ribu. Akhirnya, setelah pilih-pilih dan coba sana sini, beberapa potong masuk ke kantong belanja dan tergeseklah lempengan plastik berlogo sebuah bank atas nama "ngutang dulu" di kasir. Oh...ah...oh...ah...lalalala...*hepi mode on*

Pria bergelar "suami" di rumah tentu saja tidak tau hal ini, bisa kena pandangan aneh dan 'kritik membangun' kalau dia tau istrinya memborong baju batik secara di rumah saya adalah penganjur hidup hemat dalam rangka krisis karena BBM naik. Untuk memakainya tentu saja perlu siasat, setiap Jumat dan setiap ada undangan pesta, akan keluar satu baju baru. Dan sekarang persediaan baju baru yang belum terlihat suami tinggal 1 potong lagi. Berhubung besok ada acara temu direksi di kantor, secara tidak ada dress code seragam yang harus digunakan, maka di benak saya sudah terbayang blus cantik berpotongan baby doll untuk dikenakan besok.

Buat yang pengen mengikuti jejak saya (halah!), berikut beberapa tips memilih baju batik tanpa kesan daster atau mbok-mbok untuk ke kantor :
  • Pilih batik bercorak klasik, misalnya parang rusak (gambarnya miring, padat, tidak terlalu rame warnanya). Jika menyukai corak floral (bunga, sulur dll) atau fauna (burung, kupu-kupu dll), hindari warna-warna terang yang mencolok, karena akan terkesan seperti daster.
  • Saat ini banyak corak modern yang bisa dipilih, misalnya yang seperti pacthwork (perca) yaitu kain batik yg digambari beraneka motif batik berlainan. Pilihlah yang warna dan coraknya senada, misalnya corak floral berbentuk bunga-bunga kecil dengan corak sulur.
  • Lihat kualitas kain dan jahitan untuk baju yang sudah jadi. Pilih katun yang lembut, tidak tegang dan teksturnya halus (bahan tidak berbulu), sehingga warna tidak mudah pudar dan nyaman dikenakan.
  • Pilih model yang simple dan chic, bisa model klasik (berkerah, kancing depan) atau baby doll bagi suka yang longgar. Untuk blus longgar, hindari panjang blus yang mencapai lutut bila dipadukan dengan pants atau jeans.
  • Bila ingin memakai setelan batik (seperti pramugari Garuda), hindari model yang longgar, usahakan pas di badan dengan panjang blus sebatas pinggul. Hindari setelan blus dan celana panjang batik, pakailah rok (mini, midi atau panjang) bermodel span atau A.
  • Jika suka dress, pilih yang berwarna gelap atau sogan dan beri ban pinggang. Dress longgar tanpa pinggang akan sangat daster.
  • Hindari manik, kancing norak atau bodir yang rame pada baju batik, karena batiknya sendiri sudah cukup rame.
  • Buat yang berjilbab, padukan batik untuk gamis dengan kain polos atau jadikan batik sebagai pemanis saja (di dada, ujung lengan, ujung gamis) dengan jilbab senada yang dipasang rapi (bukan bergo).
Demikianlah sodara-sodara, semoga berguna dan saya tidak menjadi satu-satunya orang Jawa yang "tidak lahir di Jawa-tidak bisa bahasa Jawa-tidak pernah tinggal di Jawa" yang masih tetap mencintai batik (meski tak mampu beli yang mahal).

Hidup Batik!

Tidak ada komentar: