Rabu, 06 Agustus 2008

Peace


Hari ini 6 Agustus, adalah peringatan 63 tahun jatuhnya bom atom di dua kota besar Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Simaklah kutipan dari situs berikut :

"If your country has a possibility bombing the atomic one in the future, just think it over..... 500,000 of our lovely grandparents died in the flash with Radioactive Heat.....Thousands of bodies were evaporated....."

Itu baru satu jenis senjata pemusnah umat, masih banyak jenis pemusnah umat lain yang saat ini digunakan di berbagai belahan bumi untuk saling menghancurkan sesama manusia. Silakan memaknai peringatan ini, saya yang berilmu dangkal hanya bisa berharap "PEACE ON EARTH AND NO MORE WAR!"

Dengan segala kerendahan hati, silakan kunjungi situs berikut serta mohon keikhlasan doa dan upaya para saudaraku untuk Palestina


Senin, 04 Agustus 2008

Rekaman Black Box Adam Air

Email yang berisi rekaman pembicaraan terakhir di kokpit Adam Air jurusan Surabaya - Makassar yang jatuh di perairan Majene pada 1 Januari 2007, saya terima hari Jumat kemaren dari salah seorang rekan kantor. Ucapan takbir dari awak pesawat di saat-saat terakhir sebelum pesawat tersebut jatuh sungguh membuat saya merinding. Tak terbayang rasanya bila ajal telah sampai di depan mata. Mudah-mudahan kejadian ini bisa membawa berkah agar ke depannya transportasi di negara tercinta ini (baik darat, laut dan udara) menjadi lebih baik, karena belakangan ini kecelakaan di sektor transportasi sudah menjadi berita rutin di media. Pemerintah dan aparatnya yang bertanggung jawab di bidang transportasi harus lebih tegas mengatur sektor ini, baik dari segi kompetensi manusianya maupun kelayakan armada yang digunakan.

Silakan dengar rekaman dan baca transkripnya disini
KNKT mengatakan rekaman ini tidak asli (maksudnya palsu/buatan atau copy-an ya...?), silakan baca disini, karena hasil rekaman sama persis dengan penjelasan yang telah dipublikasikan.

Kamis, 31 Juli 2008

SO7 Bikin Album Baru


Setelah penantian lama, akhirnya band kesayangan saya (my fave band kalo menurut istilah anak abegeh) Sheila On 7 (SO7) mengeluarkan album baru berjudul "Menentukan Arah" yang akan rilis setelah lebaran. Wuih...akhirnya...biar kata udah emak-emak gini, saya masih saja demen sama Eros cs. Sukses buat SO7!

Berita terkait

Minggu, 27 Juli 2008

Ikut Seminar


Karena perusahaan saya baik hati, kemaren saya dikasih tiket gratis seminar James Gwee. Materinya ga jauh beda dengan yg biasa beliau bahas di seminar-seminarnya yang lain ataupun di Smart FM. Beliau ini orang Singapore, tapi bahasa Indonesianya lancar sekali tanpa ada logat melayu. Wajahnya sekilas mirip Andy Lau (hus...hus...jangan dikomentari!)...iya saya memang suka tertarik lihat pria tampan seperti dia (itu tandanya saya sehat dan hormon saya masih bekerja dengan baik). Sebenarnya point yang mau saya bicarakan bukan dirinya yang tampan, tapi adalah daya jualnya. Bayangin aja, ini seminar ter-rame yang pernah saya ikuti (500 orang lebih cing!) dengan biaya hampir 400 ribu (lumayan kan?) dan 95% peserta bertahan sampai akhir. Kekuatan nafas dan kestabilan suara bisa dilatih lewat pengalaman, yang menarik justru gaya bicara, humor dan celetukan dalam bahasa hokkien serta penampilan fisiknya yang fit dan segar. Dari beberapa seminar yang saya ikuti (gratis alias biaya kantor), baru kali ini saya lihat pembicara mendapat atensi dari audiences yang tertib menyimak tanpa membuat seminar sendiri atau keluar masuk ruangan, serta tanpa rasa kantuk meski harus duduk manis dari pagi sampai sore.

Sekali waktu saya menghadiri seminar dengan materi menarik tapi disampaikan oleh pembicara yang sangat kental logat bahasa daerahnya plus penampilan yang sangat kacau. Saya bukan ahli fesyen, tapi t-shirt putih bersablon + pants kelabu + jas hitam yang kebesaran + warna sepatu dan tali pinggang yang ga match (coklat bo!) jelas merusak mata. Ditambah lagi (maaf, saya main fisik) wajah si pembicara yang berantakan...OMG! rasanya saya pengen kabur dari ruang seminar itu.

Lain waktu saya mendapat materi yang tidak menarik, dengan pembicara yang sangat simpatik (bukan simpanse pake batik!) plus setelan rapi berwarna gelap dengan kemeja, dasi dan asesoris lain yang serasi. Nada suara, jokes dan atensinya ke audiences juga sangat baik. Jadi meski ngantuk dan bosan, saya bisa bertahan disana.

Ada lagi pembicara seorang wanita yang cukup terkenal di tanah air tercinta ini. Usianya sudah sangat matang, penampilan dan caranya membawakan seminar sungguh membuat saya tak ingin berkedip meski materinya biasa-biasa saja. Beliau elegan, berkelas, well educated serta murah senyum.

Pernah seorang wanita terkenal lain memberikan materi menarik tapi dengan penampilan yang...ah sudahlah! I wish I were her daughter, jadi saya bisa setidaknya memperbaiki penampilan si ibu baik hati ini.

Jadi kesimpulan dari tulisan iseng saya hari ini adalah jika anda seorang pembicara meski hanya sekedar presentasi di depan rekan-rekan kerja, ingatlah hal-hal berikut :
  • Tidak peduli bagaimanapun tampilan fisik anda (itu sudah anugrah Ilahi), kenakanlah pakaian yang pantas, sopan, dengan warna yang tidak mencolok, asesoris sederhana, misalnya jangan pernah pakai kacamata minus segede sunglass Victoria Beckam atau jepit dasi/bros yang bling-bling bikin orang silau
  • Berdandanlah dengan rapi dan tidak terlalu tebal, untuk pria, potonglah rambut anda dengan model pendek konvensional dan sisir dengan rapi (bila perlu pakai gel/minyak rambut).
  • Pakailah sepatu yang pantas dan bersih, semir sampai kilat , jangan ada sisa kotoran menempel di tapak sepatu (jangan lupa buka sticker harga bila masih baru) dan harus bertumit minimal 3 cm untuk wanita. Kenakan kaus kaki yang mendekati warna celana panjang atau stocking untuk wanita (tanpa lubang atau benang tertarik).
  • Jangan pernah lupa untuk TERSENYUM dan MEMBERI SALAM sebelum memulai.
  • Berlatihlah untuk mengatur nafas, intonasi suara, kecepatan berbicara, pilihan kata dan kalimat serta grammar dan spelling yang benar bila ingin berbahasa Inggris.
  • Pelajari dengan baik materi yang akan disampaikan.
  • Siapkan ice breaker, jokes atau kegiatan yang bisa membuat orang bosan jadi segar kembali.
  • Berlatihlah untuk menyimak, bersabar dan konsentrasi bila menghadapi pertanyaan dari audiences dan jawablah dengan jelas dan sopan.
  • Jangan pernah terbawa emosi atau malah berdebat dengan audiences.
  • Jika anda punya penyakit latah, segeralah konsultasi ke ahlinya! Jangan sampai "kata-kata mutiara" keluar tanpa sengaja di tengah anda berbicara.
  • Berdirilah dengan tegak, jika kurang tinggi, pakailah sepatu bertumit agak tinggi. Karena postur tegak menunjukkan bahwa anda siap dan percaya diri.
Demikian, semoga keisengan saya ada manfaatnya...

Rabu, 23 Juli 2008

Partitur Kiss The Rain - Yiruma

Mudah-mudahan cukup besar dan jelas untuk di-print...

Selasa, 15 Juli 2008

Why?


Tadinya saya mau buat judul tulisan ini "kenapa?" tapi karena otak saya langsung berputar dan mulut saya bersenandung lagu dangdut...kenapa eh kenapa... jadi judulnya diganti dengan yang "agak berkelas" (terserah mo kelas berapa).

Gini ya...sebagian dari kita, apalagi orang-orang tua, pasti bangga kalau punya anak/mantu/sodara dll yang berprofesi sebagai dokter, apalagi dokter terkenal (terkenal mahal, terkenal manjur, terkenal galak dll). Teman- teman sekolah saya juga banyak yang sekarang sudah jadi dokter. Saya juga punya beberapa dokter yang jadi langganan keluarga. Umumnya adalah dokter spesialis yang sudah berumur dan punya nama di kota ini. Dokter adalah profesi yang tugasnya mengabdi pada masyarakat, siap membantu bila dibutuhkan dan yang pasti harus pintar karena pekerjaan yang dijalani terkait dengan nyawa manusia. Tapi belakangan ini, saya perhatikan sebagian dokter-dokter baru tidak lagi punya kompetensi yang cukup untuk menjalani profesinya. Hanya karena sedikit lebih pintar dari teman-teman sekelas dan kemampuan ortu untuk membiayai, maka jadilah mereka dokter. Soal pengetahuan tentang analisa gejala dan penyakit bahkan sering meleset. Segala penyakit selalu harus berakhir dengan antibiotik dan vitamin. Padahal tidak semua penyakit disebabkan oleh kuman, virus, bakteri dll yang memang harus dibasmi dengan antibiotik (ih...jadi sok paten kali kata-katanya).

Sebetulnya saya tidak begitu peduli dengan hal-hal yang terkait pengetahuan mereka, tapi lebih pada attitude-nya, sikapnya. Sebagian (tidak semua) dari dokter-dokter muda itu tidak mau ditempatkan di daerah terpencil, berusaha agar penempatan mereka selalu dekat dengan ortu atau kota tempat tinggalnya, yang pastinya bukan daerah terpencil. Sepertinya misi untuk mengabdi ke masyarakat tertutup dengan keinginan untuk "cepat balik modal" alias cepat kaya. Ditambah lagi dengan tingkah mereka yang terkesan arogan dan paling pintar sendiri, bahkan ada yang pantang dipanggil dengan namanya saja tanpa menambahi embel-embel dokter atau dok (bukan dog) dalam penyebutannya. Saya salut dengan dokter bersahaja yang tinggal di pedalaman Kalimantan ini.

Karena itu timbul pertanyaan "kenapa" dalam benak saya. Kenapa mereka yang harusnya berhati mulia, mengabdi pada masyarakat, menjadi contoh teladan yang baik bagi lingkungannya, justru menjadi si arogan yang materialistis dan membedakan pelayanan terhadap pasien kaya di rumah sakit terkenal dengan pasien Askes di rumah sakit pemerintah? Kenapa pula banyak masyarakat kita yang lebih percaya dokter negara tetangga daripada dokter negeri sendiri? (yang saya yakin sangat banyak bila dihitung dari plank putih berisi nama dan alamat praktek di setiap sudut jalan)

Saya cuma berharap bahwa ilmu yang mereka dapat di bangku kuliah bisa benar-benar diserap dan diterapkan sesuai dengan misi mulia mereka menjadi pengabdi bagi masyarakat, sehingga cerita malpraktek, salah obat, salah diagnosa, cacat dan kematian karena kelalaian dokter tidak lagi merebak di negeri tercinta ini. Saya tau bahwa mereka juga manusia yang tidak luput dari kesalahan, tapi bukankah manusia diberi akal untuk selalu berpikir dan memperbaiki diri?

Minggu, 15 Juni 2008

Kalau Sudah Besar, Mau Jadi Apa?


Kalau pertanyaan ini ditujukan ke saya saat ini, jawabannya pasti "saya mau jadi kudanil" secara sekarang saya sudah cukup besar dan lebar (kulkas 3 pintu ditumpuk mesin cuci diatasnya). Lebih tepat bila ditanyakan "Apa cita-citamu?". Pertanyaan tentang cita-cita selalu muncul kalau saya membawa kedua bocah cilik saya ke acara keluarga seperti hari Minggu kemarin. Salah seorang sepupu menikah dan sudah pasti sebagian besar dari keluarga besar tumplek blek di acara tersebut lengkap dengan anak-anaknya. ketika tiba acara kumpul-kumpul ngobrol, muncullah pertanyaan tersebut. Dimulai dari salah seorang kerabat yang merasa gadis ciliknya adalah yang tercantik, terpintar dan paling berbakat (hari itu si kecil mengenakan gaun siffon transparan dengan potongan dada rendah, anting besar gemerincing, kalung, make up, dan sandal bertumit 3 cm). Dengan bangganya si ibu menyombongkan bahwa nantinya si kecil akan menjadi incaran banyak pria (arrrggghhhh...gubrak! masih kelas 2 esde bo...) dan dia akan segera punya mantu (sambil melirik jahat ke arah ipar saya yang belum menikah). Tak lupa ia menambahkan "sedikit" bumbu cacian kepada si kecil saya yang tinggi dan ramping dengan sebutan "ih, kurus kali anakmu, jadi tua mukanya" (si kecil saya pakai babydoll dan legging yang tentu saja membuat kakinya kelihatan kurus). Helllooowww....yang kelihatan tua itu anak siapa seh??? Anak kelas 2 esde yang berdandan seperti tante-tante itu atau anak saya yang biasa saja? Ahhhh...what the hell!

Maka ketika pertanyaan itu diajukan ke anak saya, spontan si kecil menjawab "Kakak mau jadi penulis dan pelukis". Sebagian ibu-ibu memandang aneh sementara yang lain mencibir. What's wrong with my girl? Jadi penulis itu bagus, JK Rowling jadi kaya dan terkenal karena novel Harry Potter-nya yang laris manis, karya-karya Picasso adalah barang berharga yang disimpan di museum dan menjadi incaran kolektor lukisan. So?

Seorang ibu memeluk gadis kecilnya dan mengatakan "Kamu nanti kalau sudah besar jadi dokter ya nak..." Saya cuma senyum-senyum, secara sekarang lebih mudah cari dokter daripada cari pembantu (maaf untuk para dokter, bukan bermaksud menghina, saya masih butuh dokter kok...). Untung saja mereka tidak bertanya pada pemuda kecil saya yang kemana-mana selalu bawa mainan 'alat-alat berat' seperti truk, kontainer, pengeruk tanah atau mobil derek yang berukuran besar karena jawabannya adalah "Adek mau jadi supir kontainer!" Pasti mereka langsung mukul-mukul kepala pakai palu kalau dengar ini...hahahaha...

Bagi saya, cita-cita apapun selama baik, ya oke-oke saja...namanya juga anak kecil. Saya sendiri sampai es em pe belum punya cita-cita. Waktu es em a kepingin jadi ahli biologi dan sekarang saya justru terdampar di sebuah perusahaan telekomunikasi. Saya cuma tidak ingin kedua bocah kecil saya merasa tertekan karena ambisi orang tuanya. Saya tidak malu mengatakan anak saya tidak mendapat ranking di sekolah, asal paham akan konsep pelajaran yang diberikan dan tidak terlalu jelek prestasinya, bagi saya sudah cukup. Toh, apa yang saya dapat dari sekolah dulu paling hanya 20% yang masih saya gunakan di kehidupan nyata, hanya bahasa dan matematika. yang lain? Saya amnesia untuk mengingat pelajaran PMP, PSPB, IPS de el el (bukan bermaksud mengatakan bahwa itu semua tidak perlu). Yang penting anak-anak hepi, tidak merasa sekolah sebagai suatu paksaan, tidak terbebani ancaman 'awas kalau tidak juara kelas' atau 'jangan bikin malu orang tua' yang justru membuatnya tidak bahagia.

Bekla...kembali ke cita-cita tadi. Ada semboyan "gantungkanlah cita-citamu setinggi langit". Artinya sah-sah saja bercita-cita menjadi yang terbaik. Bagaimana kita bisa mewujudkan cita-cita tersebut adalah hal yang jadi perhatian utama. Apakah cita-cita tersebut sesuai dengan kemampuan? Bila tidak, apa upaya untuk meningkatkannya? Apakah orang tua, sekolah dan lingkungan cukup kondusif untuk mewujudkannya? Bila tidak, apa yang harus dilakukan? Saya jadi ingat acara DemoCrazy di Metro tadi malam, Kelik yang berperan sebagai Wapres memakai jas yang masih ada hanger-nya...yang dihubungkan dengan menggantungkan cita-cita...hahaha...